twitter


Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis)
Penyakit Kaki Gajah atau dalam istilah medisnya disebut dengan Filariasis atau Elephantiasis adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh tiga jenis cacing Filaria yaitu :

Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, yang yang dapat menular antara manusia ke manusia melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan
menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut pada saat dalam bentuk larva dan mikrofilia (cacing kecil), cacing ini berada dalam darah, namun ketika beranjak dewasa mereka akan bermigrasi ke pembuluh limfe dan seringkali berdiam diri di limfanodi (kelenjar getah bening). Kegiatan cacing dalam pembuluh limfe ini menyebabkan berbagai reaksi inflamasi dan sumbatan pembuluh limfe, sumbatan inilah yg menyebabkan akumulasi cairan di tubuh bagian bawah dan scrotum (kantung pelir) sehingga daerah-daerah tersebut seringkali membengkak. Dan anehnya lagi, bila daerah yang bengkak tersebut di USG seringkali ditemukan cacing-cacing tersebut sedang menari-nari (filarial dance sign). Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit ini cukup banyak ditemukan di Indonesia. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailand dan Indonesia (Asia Tenggara).

Penularan Penyakit Kaki Gajah ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah orang tersebut. Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres yang dapat hidup dan berkembang negara tropis dan subtropis. Karena inilah, Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.

Saat ini, Sekitar 120 juta orang di dunia terinfeksi dan di Indonesia penyakit ini tersebar luas hampir diseluruh propinsi, terdapat 11.699 orang penderita kaki gajah. Tersebar di 386 kota/kabupaten. Dan 125 juta penduduk Indonesia tinggal di wilayah endemis dan berisiko tertular penyakit kaki gajah ini.

Untuk menanggulangi penyebaran penyakit kaki gajah agar tidak semakin meluas, maka melalui organisasi WHO menetapkan kesepakatan global yaitu memberantas penyakit kaki gajah sampai tuntas. Di Indonesia sendiri pada Pada tanggal 8 April 2002 Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan dimulainya eliminasi penyakit Kaki Gajah di Indonesia dan telah menetapkan eliminasi Kaki Gajah sebagai salah satu program prioritas, dan dilaksanakan secara bertahap di 5 kabupaten percontohan. Program pemberantasan dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendasol untuk setahun sekali selama 5 tahun. Sebagai pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1582/MENKES/SK/XI/2005 Tanggal 18 Nopember 2005.

Siklus Hidup Cacing Filaria
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis, sehingga mikrofilaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk kedalam paskan pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot dada (toraks). Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh menjadi lebih panjang dan kurus, ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Apabila nyamuk yang mengandung mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam tubuh manusia (hospes). Bersama-sama dengan aliran darah dalam tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan. Cacing filaria sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Cacing dewasa (makrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu.
Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65-100 mm dan ekornya lurus berujung tumpul. Untuk makrofilaria yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40 mm dan ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria memiliki panjang kurang lebih 250 mikron, bersarung pucat.
Tempat hidup makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe. Tetapi pada malam hari mikrofilaria terdapat didalam darah tepi sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam seperti paru-paru, jantung dan hati.

CARA PENULARAN
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya mengandung larva (L3). Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena menghisap darah penderita atau dari hewan yang mengandung mikrofolaria. Nyamuk sebagai vector menghisap darah penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu beberapa microfilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam tubuh nyamuk microfilaria tidak berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa hari dari larva 1 sampai menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya infeksi.
Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak

GEJALA DAN TANDA FILARIASIS
1. Gejala dan tanda klinis akut :

 Demam berulang ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat.
 Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
 Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan.
 Abses filaria terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan dapat mengeluarkan darah serta nanah.
 Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan alat kelamin perempuan dan laki-laki yang tampak kemerahan dan terasa panas.

2. Gejala dan tanda klinis kronis :
 Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis, vulva vagina dan payudara, Infeksi Brugia dapat mengenai kaki dan lengan dibawah lutut / siku lutut dan siku masih normal
 Hidrokel : Pelebaran kantung buah zakar yang berisi cairan limfe, dapat sebagai indikator endemisitas filariasis bancrofti
 Kiluria : Kencing seperti susu kebocoran sel limfe di ginjal, jarang ditemukan

PENYEBAB FILARIASIS
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Penyebarannya diseluruh Indoensia baik di pedesaan maupun diperkotaan..Nyamuk merupakan vektor filariasis Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk yang diketahui bertindak sebagai vektor dari genus: mansonia, culex, anopheles, aedes dan armigeres.

• W. bancrofti perkotaan vektornya culex quinquefasciatus
• W. bancrofti pedesaan: anopheles, aedes dan armigeres
• B. malayi : mansonia spp, an.barbirostris.
• B. timori : an. barbirostris.

Mikrofilaria mempunyai periodisitas tertentu tergantung dari spesies dan tipenya. Di Indonesia semuanya nokturna kecuali type non periodic Secara umum daur hidup ketiga spesies sama Tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan keadaan lingkungan habitatnya. ( Got, sawah, rawa, hutan )

CACING DEWASA ATAU MAKROFILARIA

 Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem limfe.
 Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm.
 Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
 Berkembang secara ovovivipar

MIKROFILARIA
 Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu.
 Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um.

Didalam tubuh nyamuk mikrofilaria yang diisap nyamuk akan berkembang dalam otot nyamuk. Setelah 3 hari menjadi larva L1, 6 hari menjadi larva L2, 8-10 hari untuk brugia atau 10 – 14 hari untuk wuchereria akan menjadi larva L3. Larva L3 sangat aktif dan merupakan larva infektif.ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk (tetapi tidak seperti malaria). Manusia merupakan hospes definitive Hampir semua dapat tertular terutama pendatang dari daerah non-endemik Beberapa hewan dapat bertindak sebagai hospes reservoir

Faktor yang mempengaruhi :
 Lingkungan Fisik :Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
 Lingkungan Biologik: lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan ; hutan, reservoir, vector
 Lingkungan Social – Ekonomi Budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku, adat Istiadat, Kebiasaan dsb,
 Ekonomi : Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb
Penularan dapat terjadi apabila ada 5 unsur yaitu sumber penular (manusia dan hewan), Parasit , Vektor, Manusia yang rentan, Lingkungan (fisik, biologik dan sosial-ekonomibudaya)

ELIMINASI FILARIA
bertujuan pemutusan rantai penularan dengan pengobatan Massal (MDA) pada penduduk yang beresiko (population at risk) thd Filariasis dan Disability prevention and Control ditingkat masyarakat(CHBC) pada kasus : limfedema, hidrokel dan Limfedema / hidrokel dengan serangan akut serta ditingkat RS pada kasus : Perbaikan / operasi Hidrokel , limfedema skrotum

Filaria belum bisa tereliminasi karena :

1. Belum adanya kesamaan persepsi tentang kegiatan Eliminasi Kaki Gajah.
2. Kab/kota Eliminasi Kaki Gajah belum merupakan prioritas.
3. Issue Eliminasi Kaki Gajah belum terangkat ke permukaan sehingga belum banyak diketahui

Diagnosis
Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Kaki Gajah Penyakit Kaki Gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah, Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena Microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).

Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan. Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam hari.

Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kaki Gajah,
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi melalui :

1. Pengobatan Massal.
Dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombilansikan dengan Albendazole sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan seperti demam atau pusing dapat diberikan Pracetamol. Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk yang berusia 2 tahun ke atas, yang ditunda selain usia ≤ 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan mereka yang menderita penyakit berat. pemberian DEC dosis rendah dengan jangka waktu pemberian yang lebih lama, misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2 % - 0,4 % selama 9-12 bulan. Untuk orang dewasa digunakan 100 mg/minggu selama 40 hari.

2. Pengobatan Selektif.
Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta anggota keluarga yang tinggal serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah dengan hasil survey mikrofilaria < 1% (non endemis) 3. Pengobatan Individual (penderita kronis). Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang bengkak . Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh baik untuk Filariasis Bancrofti maupun Malayi, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat. Penderita yang mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat simtomatik. Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikan pada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau dalam keadaan lemah. Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi. Depkes memberikan obat Dietyl Carbamazine Citrate (DEC) dan Abendazol sebagai pencegah penyakit kaki gajah ini. Untuk mencegah reaksi pengobatan diberikan Paracetamol. Obat ini memang tergolong obat keras. Ada efek samping yang diderita peminum obat, di antaranya mual, pusing, kejang-kejang, dan demam. Tak heran, bagi penderita sejumlah penyakit dalam, seperti jantung, asma, darah tinggi, diabetes, obat ini betul-betul terlarang untuk diminum. Karena sangat mungkin berpengaruh terhadap penyakit bawaan, dan bisa menimbulkan kematian. Beberapa waktu yang lalu sempat terjadi kehebohan di daerah Jawa Barat dengan kasus meninggalnya beberapa pasien Kaki Gajah setelah meminum obat DEC yang diberikan dalam acara pengobatan massal. Inilah yang sesungguhnya harus menjadi titik poin dari sosialisasi yang dilakukan Dinas Kesehatan setempat. Kalau sosialisasi berjalan optimal, seluruh lapisan masyarakat mengetahui kegunaan, efek samping, bagaimana obat ini bekerja, serta larangan bagi penderita penyakit tertentu, tentu tidak akan terjadi kehebohan seperti sekarang ini. Yang terjadi di lapangan, masyarakat banyak yang tidak mengetahui efek samping obat DEC ini. Sosialisasi hanya dilakukan seperlunya. Tidak massal, seperti nama kegiatannya. Beberapa tahun lalu, hasil penelitian pakar dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dibiayai Uni Eropa menunjukkan obat Doxycycline menimbulkan efek yang paling ringan dibanding obat-obat jenis lain, seperti obat DEC. Namun karena Depkes lebih memilih anjuran WHO untuk melakukan pengobatan secara massal, obat yang dipakai adalah DEC. Karena lebih mudah, satu butir satu tahun selama 5 tahun pengobatan. Bagaimanapun, kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi aparat di bidang kesehatan. Sosialiasi merupakan bagian vital dari terbangunnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

Pencegahan
Pencegahan Penyakit Kaki Gajah Bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan kedokter dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan pengenalan penyakit kepada penderita dan warga sekitarnya.

Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.

Tips Cara Menghindari Penyakit Kaki Gajah
Kaki gajah adalah penyakit akibat larva cacing filaria yang ditularkan oleh nyamuk, baik itu nyamuk rumah, got, hutan atau rawa. Cari tahu cara menghindarinya karena kalau sudah kena dan kaki terlanjur bengkak seperti gajah sulit untuk kembali normal dan menanggung derita seumur hidup. “Penyakit kaki gajah adalah penyakit yang sangat menyeramkan, karena selain mengganggu penampilan dan menyulitkan aktivitas, penderita juga biasanya mendapat stigma buruk dari lingkungan,” ujar ahli penyakit dalam, Prof Nelwan SpPD dalam acara jumpa pers hasil investigasi kasus filariasis di gedung Departeman Kesehatan RI, Jakarta, Rabu (18/11/2009). “Tapi yang harus diketahui masyarakat adalah, seseorang yang sudah menderita kaki gajah atau yang kakinya sudah bengkak luar biasa, tidak bisa menularkan penyakitnya lagi. Justru mereka yang kelihatannya sehat dan belum mengalami pembengkakan, tapi punya larva mikrofilarialah yang bisa menularkan penyakit itu pada orang lain,” ujar Dr Solah, ahli epidemiologi yang juga hadir pada kesempatan itu. Masalahnya adalah, kita tidak pernah bisa tahu orang sehat mana saja yang sudah terinfeksi larva mikrofilaria. Padahal tiap hari nyamuk berkeliaran di sekitar kita. Oleh karena itu, seseorang dianjurkan untuk sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk dimana saja. Sementara itu, ahli parasitologi Prof. Saleha Sungkar, MD, DAP&E, MS mengatakan bahwa yang menjadi penyebab kaki gajah sendiri bukanlah larva cacing filaria, tapi anak cacing filaria itu, yang disebut dengan larva mikrofilaria. Untuk mengetahui apakah seseorang punya larva itu atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan larva dalam tubuh. Namun larva itu hanya bias terdeteksi malam hari, karena mikrofilaria hanya keluar pada malam hari saja. “Jadi kalau mau dites harus malam hari, antara waktu magrib sampai subuh,” jelasnya. Menurut Prof. Saleha, cacing yang hidup dalam tubuh manusia itu seperti parasit. “Mereka hanya numpang, tidak berniat membunuh. Tapi dengan kehadiran mereka dalam tubuh, metabolisme tubuh jadi terganggu,” katanya. Kalau cacingnya filaria, maka larva mikrofilaria yang dibawa oleh nyamuk akan menyumbat pembuluh dan kelenjar limfe sehingga tidak bisa mengalir ke seluruh bagian tubuh dengan lancar. Akibatnya, terjadilah pembengkakan organ tubuh, seperti pada lengan, kaki atau alat kelamin. Seseorang yang sudah terinfeksi larva mikrofilaria selam 10-14 hari adalah mereka yang paling berisiko sebagai mesin penular penyakit kaki gajah. “Mereka masih kelihatan normal dan tidak bergejala. Jadi satu-satunya cara untuk mencegah penularannya adalah memutus rantai penyebaran menggunakan obat. Ini akan lebih mudah ketimbang membunuh nyamuk pembawa larva itu yang jumlahnya sangat banyak,” jelas Saleha. Pada tahap awal, biasanya penderita akan mengalami demam berulang, ada benjolan yang terasa nyeri pada lipatan paha atau ketiak, dan teraba adanya urat seperti tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak. Sedangkan pada tahap lanjut (kronis) akan terjadi pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita. “Kalau benjolannya ditekan tapi balik lagi, itu masih bisa diobati dan disembuhkan total. Tapi jika sudah sangat parah bisa dioperasi, tapi itu pun hanya untuk memperbaiki penampilan saja, tidak bisa kembali ke bentuk normalnya,” ujar Saleha. Untuk itu, penggunaan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole untuk mencegah penyebaran larva mikrofilaria sangat dianjurkan, terutama di daerah yang sudah mencapai tingkat endemi. “Disebut daerah endemi jika tingkat penyebarannya mencapai 1 persen. Makanya kami memutuskan melakukan pengobatan massal di daerah Bandung karena tingkat endeminya sudah 2 persen,” jelas Dirjen PP&PL, Prof Tjandra Yoga. Konsumsi obat harus dilakukan terus menerus selama setahun sekali, jika sudah 5 tahun cacing baru benar-benar mati. Meski ada efek samping setelah konsumsi obat, namun efek itu akan hilang dalam waktu 3-4 hari. “Lebih baik menderita 3 hari daripada menderita seumur hidup gara-gara penyakit itu,” kata Saleha. Ada beberapa tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk penular kaki gajah yaitu hutan, tanaman air, got/saluran air, rawa-rawa, hutan bakau dan sawah.

Agar aman dari gigitan nyamuk penyebab kaki gajah, cegah dengan cara:

1. Tidur menggunakan kelambu
2. Lubang angin (ventilasi) rumah ditutup kawat kasa halus
3. Memasang obat nyamuk
4. Memakai obat gosok anti nyamuk
5. Membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk
6. Melakukan penyemprotan untuk membunuh nyamuk dewasa
7. Mengikuti program pengobatan massal filariasis di puskesmas
8. Memeriksa diri ke Puskesmas atau dokter bila tetangga atau keluarga terkena Filariasis

0 komentar:

Posting Komentar